Kota Mojokerto, mojokertopos.com – Pemerintah Kota Mojokerto kembali menegaskan komitmennya dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan memperkuat ketahanan keluarga. Setelah program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) dinyatakan tuntas, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari kini menyiapkan program lanjutan bertajuk STAR (Sekolah Orang Tua Anak Remaja) yang secara khusus menyasar orang tua dan remaja.
Saat sosialisasi program STAR di Pendopo Kelurahan Prajurit Kulon pada Senin (24/11), perempuan yang kerap disapa Ning Ita tersebut menekankan bahwa masa remaja merupakan fase paling krusial dalam tumbuh kembang seseorang. Fase ini adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa—sebuah proses yang tidak sederhana secara psikologis.
“Remaja ini dianggap masih anak-anak tapi mereka merasa sudah besar. Diperlakukan seperti anak-anak tidak mau, tapi kalau kita anggap dewasa, pola pikirnya belum sepenuhnya matang. Ini masa yang rumit,” terangnya.
Menurutnya, kerumitan inilah yang kerap menjadi sumber kesulitan komunikasi antara orang tua dan anak remaja. Ketidaktepatan pola komunikasi dapat memunculkan miss yang kemudian membuka ruang masuknya pengaruh negatif dari luar.
“Begitu pengaruh negatif masuk, itu yang jadi pemicu kenakalan remaja. Karena mereka tidak bisa berkomunikasi secara efektif dengan orang tuanya, akhirnya mencari pelarian. Mereka lebih percaya pada teman. Kalau temannya baik, tidak masalah. Tapi kalau salah pergaulan, ya ikut terbawa,” tegasnya.
Ning Ita juga menegaskan bahwa program ini menghadirkan para narasumber berkualitas, sehingga partisipasi orang tua sangat ditekankan. Setiap keluarga yang diundang diharapkan dapat mengikuti seluruh sesi tanpa absen.
“Nanti narasumbernya adalah narasumber-narasumber mahal. Jadi saya berharap jangan sedikit pesertanya. Ibu-ibu yang menjadi siswa STAR bersama putra-putrinya remaja sebisa mungkin jangan absen. Ilmu yang didapat bisa dibagikan kepada orang tua lainnya,” pesannya.
Dengan hadirnya Program STAR, Pemkot Mojokerto berharap dapat membangun fondasi keluarga yang lebih kokoh, menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi tumbuh kembang remaja, sekaligus meminimalkan potensi munculnya kenakalan remaja melalui pendekatan preventif berbasis keluarga.(Tik)














